Saturday, June 9, 2012

Upacara Perang pandan @Desa Tengganan

Upacara Perang Pandan

Upacara Perang Pandan adalah upacara persembahan yang dilakukan untuk menghormati Dewa Indra (dewa perang) dan para leluhur. Perang Pandan disebut juga mekare-kare. Kegiatan upacara ritual ini diadakan tiap tahun bulan juni di Desa Tenganan
perang pandan
Kepercayaan yang dianut warga desa Tenganan berbeda dengan warga Bali pada umumnya. Warga desa Tenganan mempunyai aturan tertulis atau awig-awig yang secara turun temurun diwariskan oleh nenek moyang mereka,juga tidak mengenal kasta dan diyakini Dewa Indra adalah dewa dari segala dewa. Dewa Indra adalah dewa perang. Menurut sejarahnya Tenganan adalah hadiah dari Dewa Indra pada wong peneges, leluhur desa Tenganan. Sementara Umat Hindu Bali pada umumnya menjadikan Tri Murti yaitu Brahma, Wisnu, dan Siwa sebagai dewa tertinggi.
Konon menurut cerita, pada zaman dahulu kawasan Tenganan dan sekitarnya diperintah oleh seorang raja bernama Maya Denawa yang lalim dan kejam, ia bahkan menjadikan dirinya sebagai Tuhan dan melarang orang Bali melakukan ritual keagamaan, mendengar itu para dewa di surga pun murka, lalu para dewa mengutus Dewa Indra untuk menyadarkan atau membinasakan Maya Denawa, dengan cara mengangkat Dewa Indra sebagai panglima perang atau pemimpim pertempuran. Melalui pertempuran sengit dan memakan korban jiwa yang tidak sedikit, akhir nya Maya Denawa dapat kalahkan.
perang pandan
Upacara Perang Pandan/Mekare kare ini diadakan 2 hari dan diselenggarakan 1 sekali dalam setahun pada sasih kalima (bulan kelima pada kalender Bali) dan merupakan bagian dari upacara Sasih Sembah yaitu upacara keagamaan terbesar di Desa Tenganan.Tempat pelaksanaan upacara Mekare-kare ini adalah didepan balai pertemuan yang ada di halaman desa. Waktu pelaksanaan biasanya dimulai jam 2 sore dimana semua warga menggunakan pakaian adat Tenganan (kain tenun Pegringsingan), untuk  para pria hanya menggunakan sarung (kamen), selendang (saput), dan ikat kepala (udeng) tanpa baju, bertelanjang dada.
Perlengkapan Perang ini adalah pandan berduri diikat menjadi satu berbentuk sebuah gada, sementara untuk perisai yang terbuat dari rotan. Setiap pria  (mulai naik remaja) didesa ini wajib ikut dalam pelaksanaan Perang Pandan, panggung berukuran sekitar 5 x 5 meter persegi itu. Dengan tinggi sekitar 1 meter, tanpa tali pengaman mengelilingi.
Sebelum Perang Pandan dimulai,diawali dengan ritual upacara mengelilingi desa untuk memohon keselamatan,lalu diadakan ritual minum tuak, tuak dalam di bambu dituangkan ke daun pisang yang berfungsi seperti gelas. Peserta perang saling menuangkan tuak itu ke daun pisang peserta lain. Kemudian tuak tersebut dikumpulkan menjadi satu dan dibuang kesamping panggung.
Saat upacara Perang Pandan akan dimulai, Mangku Widia pemimpin adat di Desa Tenganan memberi aba-aba dengan suaranya, lalu dua pemuda bersiap-siap. Mereka berhadap-hadapan dengan seikat daun pandan di tangan kanan dan perisai terbuat dari anyaman rotan di tangan kiri. Penengah layaknya wasit berdiri di antara dua pemuda ini.
Banten
Setelah penengah mengangkat tangan tinggi-tinggi, dua pemuda itu saling menyerang. Mereka memukul punggung lawan dengan cara merangkulnya terlebih dulu. Mereka berpelukan. Saling memukul punggung lawan dengan daun pandan itu lalu menggeretnya. Karena itu ritual ini disebut pula megeret pandan. Peserta perang yang lain bersorak memberi semangat. Gamelan ditabuh dengan tempo cepat. Dua pemuda itu saling berangkulan dan memukul hingga jatuh. Penengah memisahkan keduanya dibantu pemedek yang lain.
Pertandingan ini tidak berlangsung lama. Kurang dari satu menit bahkan. Selesai satu pertandingan langsung disambung pertandingan yang lain, Ini dilakukan bergilir (lebih kurang selama 3 jam).
Seusai upacara tersebut semua luka gores diobati dengan ramuan tradisional berbahan kunyit yang konon sangat ampuh untuk menyembuhkan luka. Tidak ada sorot mata sedih bahkan tangisan pada saat itu karena mereka semua melakukannya dengan iklas dan gembira. Tradisi ini adalah bagian dari ritual pemujaan masyarakat Tenganan kepada Dewa Indra, dewa perang yang dihormati dengan darah lewat upacara perang pandan, dilakukan tanpa rasa dendam, atau bahkan dengan senyum ceria, meski harus saling melukai dengan duri pandan.
Setelah Perang Pandan selesai kemudian ditutup dengan bersembahyangan di Pura setempat dilengkapi dengan mempersembahkan/menghaturkan tari Rejang.
Sering menjadi pertanyaan banyak orang bagaimana sebuah pertarungan yang melibatkan “emosi” bisa dikatakan dilakukan dengan damai? Jawabanya ada pada pertarungan itu sendiri, pertarungan tidak bertujuan untuk mencari pihak yang menang ataupun kalah. Tetapi pertarungan merupakan bagian bakti mereka untuk menyatakan  ketaatan dan kesungguhan hatinya dalam memuja Tuhan. “Emosi” terkendali merupakan pemacu adrenalin untuk memompa semangat bertarung yang kemudian akan diakhiri klimaks perasaan bahagia dan damai karena telah melakukan bhakti.

megibung
Ritual perang pandan diakhiri dengan acara megibung atau makan bersama dilokasi ritual berlangsung. Beberapa orang juga akan mulai membagikan ramuan obat tradisional yang terbuat dari cuka, kunyit dan lengkuas. Ramuan tersebut akan dioleskan pada luka-luka akibat tusukan, masyarakat mempercayai bahwa ramuan tersebut akan mempercepat proses penyembuhan luka. Para petarung satu persatu kembali ke rumahnya masing-masing untuk bersiap melakukan persembahyangan dan ritual lain dalam rangkaian acara Usaba Sambah.

Adat istiadat harus kita junjung tinggi karena merupakan citra diri juga melambangkan harga diri akan suatu negeri. Adat istiadat jangan sampai hilang agar orang tahu dari mana kita berasal. Bali pulau dewata menampilkan berbagai macam keindahan.
 

SUMBER:
FOTO : Deva Photography
http://wisatadewata.com/article/adat-kebudayaan/upacara-perang-pandan
http://id.wikipedia.org/wiki/Tenganan,_Manggis,_Karangasem















4 comments:

  1. wih si kakak blognya banyak pengunjungnya :D
    mau ikut hunting foto! jalan2 ke bali~

    ReplyDelete
  2. siph gmpang itu dik...
    kalo kbali lets jalan2...

    ReplyDelete
  3. wah, salam dari pulau seberang.. lombok.. :)

    ReplyDelete
  4. @affanibnu...
    Salam dari bali juga....suksma dah mampir...
    Blognya mantap juga...

    ReplyDelete

All rights reserved ©deva graphy : Please do not copy or distribute these pictures/images without permission.