Saturday, November 30, 2013

Tari Rejang Dewa






Tari Rejang Dewa mempunyai keistimewaan dibanding yang tari rejang yang lain. Karena tarian ini tidak boleh dipentaskan di sembarang tempat, tetapi hanya boleh dipentaskan di tempat-tempat yang dianggap suci oleh umat Hindu. Yaitu di halaman jero (dalam) atau jabe (luar) tengah dari sebuah pura dan pada saat upacara keagamaan. Misalnya pada saat upacara puncak Ngenteg Linggih. Ngenteg dalam bahasa Bali artinya mengukuhkan dan Linggih adalah kedudukan. Jadi upacara Ngenteg Linggih adalah upacara telah selesainya pembuatan bangunan untuk pemujaan atau pada waktu melasti (upacara tiga hari sebelum hari raya Nyepi). Tetapi jika suatu ketika tari Rejang Dewa ini dipentaskan di jabe (luar) sisi pura, yang penting pementasannya selalu berdekatan dengan tempat suci atau sesaji.

Ada apa dengan tari Rejang Dewa ? Mengapa sampai sebegitu ketat aturan-aturannya ? Hal itu kerena tari Rejang Dewa adalah tarian sakral ata

Thursday, June 27, 2013

piodalan didesa tenganan 25-26 juni 2013



All rights reserved ©deva graphy : Please do not copy or distribute these pictures/images without permission.

 Need a Photo Taken? Want a Print? photo with a big resolution?  email me devapradnyana@gmail.com


Warga Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Kabupaten Karangasem, Bali, melestarikan tradisi perang pandan yang dipercaya sebagai upaya mencegah wabah penyakit. "Tradisi ini juga sebagai penghormatan kepada Dewa Indra atau Dewa Perang," kata Jro Mangku Windia, tokoh masyarakat Desa Adat Tenganan Pegringsingan. Kaum lelaki di desa adat itu wajib mengikuti perang pandan. Dalam berperang satu-persatu, mereka bersenjatakan pandan berduri. Mereka bergantian memukul lawan.


 ada beberapa moment fotografi penting pada piodalan didesa tenganan yaitu:
1. acara yang tak asing lagi yaitu perang pandan,
2. mepeed ala desa tenganan yaitu warga tenganan mengelilingi desa sambil membawa alat upakara penting ngurek yaitu orang yg men-

Monday, February 11, 2013

History of Legong Dance



History of Legong Dance

Legong dance in Bali's cultural treasures belonging to the type of classical dance since the beginning of its development stems from the royal palace in Bali. The dance was once only enjoyed by the royal family in their neighborhood that is in the palace as a dance entertainment. The dancers who have been appointed to this dance in the presence of a king will certainly feel a great pleasure, because not just anyone can get into the palace.

Balinesse Dance-Legong DanceRegarding the beginning of creation in Balinese Legong dance is through a very lengthy process. According to the Chronicle Dalem Sukawati, Legong is created based on a dream I Dewa Agung Made Karna, the king who reigned in 1775-1825 Sukawati M. When he was doing penance in the village of Pura Agung Jogan Ketewel (Sukawati region), he dreamed of seeing fairies are dancing in heaven. They dance with a headdress made of gold.

When he is mindful of their meditation, he immediately decreed Bendesa Ketewel to make some face masks which appear in his dreams when doing meditation in Jogan Pura Agung and also ordered to make a dance that is similar to the dream. Finally Bendesa Ketewel was able to

Thursday, January 24, 2013

Desa Tenganan


Tenganan adalah sebuah desa tradisional di pulau Bali. Desa ini terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem di sebelah timur pulau Bali. Tenganan bisa dicapai dari tempat pariwisata Candi Dasa dan letak kira-kira 10 kilometer dari sana.
Desa Tenganan merupakan salah satu desa dari tiga desa Bali Aga, selain Trunyan dan Sembiran. Yang dimaksud dengan Bali Aga adalah desa yang masih mempertahankan pola hidup yang tata masyarakatnya mengacu pada aturan tradisional adat desa yang diwariskan nenek moyang mereka. Bentuk dan besar bangunan serta pekarangan, pengaturan letak bangunan, hingga letak pura dibuat dengan mengikuti aturan adat yang secara turun-temurun dipertahankan.


Menurut sebagian versi catatan sejarah, kata Tenganan berasal dari kata "tengah" atau "ngatengahang" yang memiliki arti "bergerak ke daerah yang lebih dalam". Kata tersebut berhubungan dengan pergerakan masyarakat desa dari daerah pinggir pantai ke daerah pemukiman di tengah perbukitan, yaitu Bukit Barat (Bukit Kauh) dan Bukit Timur (Bukit Kangin).[2]
Sejarah lain mengatakan bahwa masyarakat Tenganan berasal dari Desa Peneges, Gianyar, yang dulu disebut sebagai Bedahulu. Menurut cerita rakyat, Raja Bedahulu pernah kehilangan salah satu kudanya dan orang-orang mencarinya ke Timur. Kuda tersebut ternyata ditemukan tewas oleh Ki Patih Tunjung Biru, orang kepercayaan sang raja. Atas loyalitasnya, Ki Patih tunjung Biru mendapatkan wewenang untuk mengatur daerah yang memiliki aroma dari bangkai (carrion) kuda tersebut. Ki Patih mendapatkan daerah yang cukup luas karena dia memotong bangkai kuda tersebut dan menyebarkannya sejauh yang dia bisa lakukan. Itulah asal mula dari daerah Desa Tenganan



All rights reserved ©deva graphy : Please do not copy or distribute these pictures/images without permission.